Postingan

Sampai Jumpa!

👋 Ketika saya duduk di bangku SMA, saya terpikirkan untuk membuat sebuah blog pribadi sebagai tempat saya menuangkan segala tulisan yang saya buat, apapun itu; mulai dari hal yang tidak penting untuk diceritakan hingga hal-hal yang tidak penting untuk diceritakan. Pada saat itu, saya merasa bahwa mengisi blog adalah aktivitas yang tak kalah menarik ketimbang berselancar di facebook dan chatting dengan teman-teman di sana. Lambat laun, terbentuklah blog ini dengan segala rupa dan rombakan di sana-sini dengan isi yang kadang membikin mulas perut saya sendiri—jika saya membacanya kembali. Meski beberapa kali saya berpikir untuk mengisi blog ini secara rutin, nyatanya juga sama saja, payah. Saya tidak rajin merawat blog ini. Semua yang ada di blog ini, saya menyadari masih sangat jauh dari kata bagus, tetapi saya beruntung karena memiliki teman-teman yang masih mau-maunya membacanya. Belakangan ini, saya menemukan hal-hal menarik di luar blog saya ini. Semakin lama hal-hal m...

Hercules dan Lain-Lain

Gambar
Pagi-pagi sekali kalian sudah sampai di Pangkalan TNI AU Adisucipto. Jalanan Jogja terkhusus menuju bandara sudah ramai sesak dengan kendaraan yang mungkin sama-sama mengejar penerbangan pagi. Padahal waktu masih pukul 05.00 pagi. Waktu di mana umumnya manusia-manusia lain masih mengerjakan pekerjaan pagi; ibadah pagi, menyapu halaman, dan menyiram tanaman. Tetapi pagi itu, pagi 21 Juli 2018, kamu dan 28 temanmu yang lain sudah harus bersiap di lapangan terbang untuk berangkat menuju Tarakan, Kalimantan Utara.                 Pada pertengahan bulan Juli hingga September 2018 lalu kamu sedang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Pulau Sebatik. Tepatnya di Desa Liang Bunyu, Kecamatan Sebatik Barat, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. Sebelumnya, hampir enam bulan sejak Januari 2018 kamu bersama teman-temanmu itu disibukkan dengan persiapan pemberangkatan. Sebagaimana dengan film “Tanah Surga, Katanya”...

Membaca Dea Anugrah, Membaca Kedunguan Diri Sendiri

Gambar
Judul Buku        : Hidup Begitu Indah dan Hanya Itu yang Kita Punya Penulis              : Dea Anugrah Penerbit           : Buku Mojok Tahun              : 2019 Manusia yang memilih untuk pesimis adalah dia yang akan melihat dunia menjadi lebih indah dan luas. Manusia pesimis tidak akan kaget ketika realita yang ada ternyata jauh dari harapan. "Orang," kata Dea Anugrah pada salah satu sesi wawancaranya dengan media Kumparan, "bisa melihat keindahan hidup kalau dia pesimistis, kalau dia optimistis, dia nggak siap kecewa." Menurutnya, optimisme lahir dari sebuah keputusasaan.

La La La Leeds!: Menelusuri Inggris dan Seluk Beluknya

Gambar
Sampul Depan "La La La Leeds!" Judul Buku           : La La La Leeds!: Catatan Perjalanan Mahasiswa Indonesia di Inggris Penulis                  : Wisnu Prasetya Utomo Penerbit               : Buku Mojok Tahun                    : Februari 2019 Beberapa bulan yang lalu melalui laman media sosial, saya mendapatkan sebuah informasi mengenai akan diterbitkannya buku “La La La Leeds!” ini. Sebelumnya, ketika sang penulis buku ini masih berada di Leeds untuk melanjutkan kuliah master Communication and Media di University of Leeds , saya telah mengikuti beberapa cerita yang ia unggah di blog pribadinya. Kemudian ketika buku tersebut benar-benar akan rilis pada pertengahan Februari lalu, saya ikut menjad...

Rehat: Yang Kau Takutkan Takkan Terjadi

Gambar
                  Setiap manusia pasti pernah melewati titik terendahnya. Ketika manusia berada di titik tersebut, yang mereka inginkan adalah suatu penenang. Penenang agar selalu menjadi kuat, agar bisa merasakan masih ada orang lain yang siap membantunya. Paling tidak untuk sekadar mendengarkan segala ceritanya. Akhir-akhir ini isu mengenai mental health (kesehatan mental) sedang ramai dan banyak dibicarakan dengan berbagai sudut pandang dan cerita yang beragam. Mulai dari depresi dan bahkan hingga percobaan bunuh diri. Tirto.id pernah merilis artikel bertajuk “Skripsi, Depresi, dan Bunuh Diri”. Di artikel tersebut, dituliskan bahwa riset yang dilakukan oleh Benny Prawira Siauw, seorang ahli kajian bunuh diri (suicidolog), tercatat sebanyak 34,5 persen dari 284 responden (mahasiswa) di Jakarta memiliki pemikiran untuk melakukan percobaan bunuh diri. Ia juga menambahkan, bahwa faktor penyebab bunu...

Catatan Sebuah Buku Catatan

Gambar
Sebuah Kado   Pada 2 Juli 2018, dua orang kawan saya datang dengan membawa sebuah buku catatan untuk saya. Buku itu bersampul tebal warna hijau dengan kertas-kertas polos coklat tak bergaris di dalamnya. Untuk teman saat KKN, kata mereka. Senang hati saya dibuatnya, bisa untuk menjadi buku catatan harian saya selama 50 hari di Pulau Sebatik. Semenjak pertama kali melewati malam di Desa Liang Bunyu, Sebatik Barat, saya sudah menuliskan cerita saya di buku tersebut. Untuk kenang-kenangan. Selain cerita sehari-hari, saya juga memanfaatkannya untuk menulis hal-hal lain seperti catatan uang kas dan catatan rapat. Karena begitu pentingnya buku tersebut untuk saya di sana, saya menyebutnya dengan panggilan “kitab”. Setiap malam, saya menyempatkan untuk menulis kejadian yang saya alami di sana kemudian menyimpannya di tas atau bawah kolong tempat tidur. Beberapa kali pula buku tersebut saya bawa ke mana-mana karena keperluan menulis agenda yang lain.

#3: Gantungan Kunci Ilham

Gambar
Ilham dan Aldi “Kakak foto kami ya, kak. Supaya nanti kalau kakak sudah tidak di sini, ada kenang-kenangan untuk kakak,” celetuk Ilham, sepulang sekolah.                 Ialah Ilham, sang ketua kelas 1 dan 2 yang selalu rajin saat berada di kelas. Badannya paling tinggi di antara murid-murid kelas 1 dan 2 yang lain. Di saat ruang kelas mulai gaduh dengan tingkah murid-murid yang tidak bisa diam, maka Ilham dengan jurus ketua kelasnya, membantu saya meredakan suasana gaduh tersebut. Dengan bantuannya, setidaknya ruang kelas bisa tenang, meski sejenak.

#2: Kadesku, Pahlawanku

Gambar
Malam Perpisahan bersama Warga Liang Bunyu Beberapa hari yang lalu, seorang kawan saya yang dulu pernah tinggal satu atap saat ibadah Kuliah Kerja Nyata (KKN) mengunggah beberapa foto kenangan KKN kami di instagram. Tentunya dilengkapi dengan keterangan foto yang memaksa pikiran saya untuk terbang melintasi beberapa bulan yang lalu, kemudian singgah di rentang akhir Juli hingga September. Tepatnya di sebuah rumah panggung di pinggir laut, di ujung negara ini. Sebuah rumah yang kemudian menjadi tempat tinggal kami selama 50 hari di sana.                  Satu foto yang begitu menarik bagi saya. Sebuah foto yang ia unggah pada tanggal 15 Desember 2018. Sebuah perahu kecil di tengah laut. Perahu yang mengantarkan kami meninggalkan lokasi KKN kami saat itu. Satu hal yang menarik di balik perahu mungil tersebut. Ialah Kepala Desa Liang Bunyu –   jika   di sana kami memanggilnya dengan “Pak De...

#1: Badai di Tanah Orang

Gambar
Berfoto di depan posko Suara angin itu membangunkan tidur secara paksa. Saya yang selalu was-was dengan hujan di malam hari, seketika terbangun dan mengenakan pakaian jaket ketika mendengar desis angin yang kian lama kian kencang. Ketika kebanyakan orang menyukai hujan di   malam hari, saya merasa saya sebaliknya dari mereka. Sejak kecil saya selalu berpikir berlebihan ketika mendengar suara hujan turun di malam hari, apalagi jika disertai angin. Seperti malam itu.

Secuil Jejak Sinawang di Astana Giribangun

Gambar
8 April 2018. Di Astana berdelapan minus Okik dan Nisa 8 April 2018 Pagi itu, selepas subuh, mobil yang kami tumpangi telah melaju di jalan Yogyakarta – Karanganyar. Dengan menahan posisi duduk yang berdempetan, kami bersuka cita menyambut perjalanan kami ini. Perjalanan selama kurang lebih tiga jam tersebut nantinya akan menjadi sebuah cerita perjalanan yang lucu bagi kami.                 Jalanan masih sepi, matahari pun masih malu-malu untuk menampakkan dirinya. Pun kami, ada yang masih menahan kantuk pagi itu. Kami berdelapan orang berangkat ke Karanganyar memang pagi-pagi sekali. Tujuan kami hari itu adalah Astana Giribangun. Makam keluarga Soeharto, presiden Republik Indonesia ke-2. Berbekal teknologi canggih bernama Google Maps, kami mengikuti alur jalan yang ada. Beberapa kali kami harus mencari jalan lain karena jalan utama digunakan untuk Car Free Day .