Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

#3: Gantungan Kunci Ilham

Gambar
Ilham dan Aldi “Kakak foto kami ya, kak. Supaya nanti kalau kakak sudah tidak di sini, ada kenang-kenangan untuk kakak,” celetuk Ilham, sepulang sekolah.                 Ialah Ilham, sang ketua kelas 1 dan 2 yang selalu rajin saat berada di kelas. Badannya paling tinggi di antara murid-murid kelas 1 dan 2 yang lain. Di saat ruang kelas mulai gaduh dengan tingkah murid-murid yang tidak bisa diam, maka Ilham dengan jurus ketua kelasnya, membantu saya meredakan suasana gaduh tersebut. Dengan bantuannya, setidaknya ruang kelas bisa tenang, meski sejenak.

#2: Kadesku, Pahlawanku

Gambar
Malam Perpisahan bersama Warga Liang Bunyu Beberapa hari yang lalu, seorang kawan saya yang dulu pernah tinggal satu atap saat ibadah Kuliah Kerja Nyata (KKN) mengunggah beberapa foto kenangan KKN kami di instagram. Tentunya dilengkapi dengan keterangan foto yang memaksa pikiran saya untuk terbang melintasi beberapa bulan yang lalu, kemudian singgah di rentang akhir Juli hingga September. Tepatnya di sebuah rumah panggung di pinggir laut, di ujung negara ini. Sebuah rumah yang kemudian menjadi tempat tinggal kami selama 50 hari di sana.                  Satu foto yang begitu menarik bagi saya. Sebuah foto yang ia unggah pada tanggal 15 Desember 2018. Sebuah perahu kecil di tengah laut. Perahu yang mengantarkan kami meninggalkan lokasi KKN kami saat itu. Satu hal yang menarik di balik perahu mungil tersebut. Ialah Kepala Desa Liang Bunyu –   jika   di sana kami memanggilnya dengan “Pak De...

#1: Badai di Tanah Orang

Gambar
Berfoto di depan posko Suara angin itu membangunkan tidur secara paksa. Saya yang selalu was-was dengan hujan di malam hari, seketika terbangun dan mengenakan pakaian jaket ketika mendengar desis angin yang kian lama kian kencang. Ketika kebanyakan orang menyukai hujan di   malam hari, saya merasa saya sebaliknya dari mereka. Sejak kecil saya selalu berpikir berlebihan ketika mendengar suara hujan turun di malam hari, apalagi jika disertai angin. Seperti malam itu.

Secuil Jejak Sinawang di Astana Giribangun

Gambar
8 April 2018. Di Astana berdelapan minus Okik dan Nisa 8 April 2018 Pagi itu, selepas subuh, mobil yang kami tumpangi telah melaju di jalan Yogyakarta – Karanganyar. Dengan menahan posisi duduk yang berdempetan, kami bersuka cita menyambut perjalanan kami ini. Perjalanan selama kurang lebih tiga jam tersebut nantinya akan menjadi sebuah cerita perjalanan yang lucu bagi kami.                 Jalanan masih sepi, matahari pun masih malu-malu untuk menampakkan dirinya. Pun kami, ada yang masih menahan kantuk pagi itu. Kami berdelapan orang berangkat ke Karanganyar memang pagi-pagi sekali. Tujuan kami hari itu adalah Astana Giribangun. Makam keluarga Soeharto, presiden Republik Indonesia ke-2. Berbekal teknologi canggih bernama Google Maps, kami mengikuti alur jalan yang ada. Beberapa kali kami harus mencari jalan lain karena jalan utama digunakan untuk Car Free Day .

Malam 10 Januari di Kaliurang

Gambar
Ramai-ramai  Malam 10 Januari 2018 di Kaliurang begitu dingin.                 Saya melangkahkan kaki menghampiri Sang Merah Putih. Dengan menahan dingin setelah tangan dan wajah terbasuh air beberapa detik sebelumnya, pikiran saya terbang menghampiri ingatan 5 tahun lalu. Prosesi penghormatan bendera mengingatkan saya ketika pengukuhan Paskibraka kala itu. Begitu khidmat.                 Dua hari sebelumnya, di sebuah tempat yang lumayan luas, saya bersama dengan 28 kawan baru—yang kelak akan menjadi bagian dari perjalanan kurang lebih satu tahun atau bahkan lebih—dikumpulkan menjadi satu. Seharusnya kami bertiga puluh orang. Saya menengok sekeliling, tempat yang lumayan bagus untuk kami singgahi beberapa hari ke depan. Sebelah selatan lapangan terdapat rumah bersusun dua lantai dan berdinding kayu. Rumah tersebut yang akan...