VOA Indonesia ke UMY



 sumber: twitter @lppmnuansa


Pada Senin 11 April 2016, Lembaga Penerbitan dan Pers Mahasiswa (LPPM) NUANSA UMY mengadakan sebuah acara bertajuk “Bincang Hangat Fellowship dan Jurnalistik Bersama VOA Indonesia” yang diselenggarakan di Gedung AR Fakhruddin B lantai 5 Kampus Terpadu UMY. Acara ini merupakan acara pembuka dari rangkaian Journalist Week 2016. Hadir sebagai pembicara dalam acara tersebut, Frans Padak Demon, Direktur VOA Indonesia. Sebelum dibuka secara resmi oleh perwakilan Wakil Rektor III, acara ini dimulai dengan hiburan. Acara ini dihadiri oleh ratusan peserta yang berasal tidak hanya dari kampus UMY, namun juga berasal dari beberapa kampus di Yogyakarta, dan bahkan ada yang masih duduk di bangku SMA.

            Direktur VOA Indonesia, Frans Padak Demon selaku pembicara, memulai materinya dengan memaparkan mengenai perbedaan antara wartawan sekarang dan wartawan jaman dahulu. Di mana wartawan sekarang lebih sulit untuk menyiarkan sebuah berita, karena mayoritas orang sudah mengetahui terlebih dahulu tentang suatu informasi sebelum mereka menyiarkannya. Para wartawan saat ini harus bisa menulis dengan lebih berkualitas dengan berita-berita yang lebih baru, supaya berita yang nantinya mereka sajikan tidak hanya menjadi angin lalu bagi para pembaca. Berbeda dengan jaman dahulu pada saat teknologi belum secepat sekarang, sehingga mayoritas orang mengandalkan informasi dari wartawan untuk update berita terbaru.
            Materi Frans Padak Demon dilanjutkan dengan pemaparan mengenai media sosial apa saja yang paling banyak digunakan oleh mayoritas masyarakat di Indonesia. Beliau mengatakan, bahwasannya media sosial yang paling banyak digunakan oleh mayoritas masyarakat Indonesia untuk mendapatkan suatu berita, yakni BBM Messenger, Facebook, dan juga WhatsApp. Lalu beliau juga meyatakan, bahwa Amerika Serikat memiliki masyarakat yang lebih banyak di media sosial Twitter dibandingkan dengan masyarakat Indonesia, namun dalam penggunaannya, kota yang tercatat paling banyak meng-twit, yaitu kota Jakarta baru kemudian disusul oleh Tokyo. Hal ini menunjukkan bahwa para pengguna Twitter Indonesia sangat aktif.
            Dalam materinya, Frans juga memaparkan beberapa hal yang tidak boleh dilakukan dalam menyiarkan sebuah berita. Hal-hal tersebut, ialah laporan tidak berdasar, informasi of the record, manipulasi foto, pencitraan pribadi, dan envelope jurnalis. Supaya terhindar dari hal-hal tersebut, para wartawan wajib melakukan verifikasi, dengan cara banyak membaca dan mempunyai network yang luas. Untuk melakukan verifikasi, para wartawan harus mempunyai rasa ingin tahu yang kuat akan suatu hal.
            Kemudian pada sesi yang sama, diskusi dilanjutkan dengan pemaparan Frans mengenai VOA Indonesia kepada para peserta. Peserta terlihat sangat antusias dengan pemaparan-pemaparan Frans pada diskusi saat itu, terbukti dengan banyaknya penanya ketika dibuka sesi tanya jawab. Acara Bincang Hangat Fellowship dan Jurnalistik bersama Frans Padak Demon ini ditutup dengan pembagian merchandise VOA Indonesia bagi para penanya pada diskusi siang itu.

Whoops! Foto Bareng!

Antusias Peserta Ketika Share Ilmu ke Media Sosial

Antusias Peserta ketika Mengikuti Bincang Hangat







































Komentar