Oleh-Oleh dari Acara Book Signing
06 Februari 2015
Saat
itu kebetulan jam terakhir hanya diberi tugas oleh guru. Jadi pukul 11.30 saya
dan Tifa, kembaranku, bisa berkemas-kemas dan pergi ke parkiran lebih awal (5
menit) dari jam pelajaran usai. Kemudian ketika pukul 11.35 kami langsung
keluar dari gerbang sekolah. Tak perlu waktu lama untuk kami tiba di rumah dan
bersiap-siap sembari menunggu adzan zuhur. Sekitar pukul 12.00 Tifa memacu
motor kami menuju Ambarukmo Plaza, Yogyakarta untuk mengikuti acara book signing Koala Kumal.
Sekitar
pukul 13.00 kami tiba di lokasi book
signing, di sana ternyata sudah lumayan banyak yang mengantre untuk
mendapatkan tanda tangan dari Raditya Dika. Tanpa pikir panjang lagi, saya dan
Tifa langsung ikut mengantre. Tak perlu waktu yang lama lagi, antreannya sudah
mengular panjang di belakang kami. Luar biasa. Jam memang belum menunjukkan
pukul 15.00, dimana waktu yang dijadwalkan untuk pembukaan book signing, tetapi para pembaca Raditya Dika sudah mulai memadati
tempat acara. Badanku mulai gerah dibuatnya, tetapi itu tidak menurunkan
semangatku untuk bertemu dengan penulis yang digilai banyak orang itu. Ya memang,
aku dan Tifa sudah berencana untuk datang ke acara ini dari jauh-jauh hari.
Mendekati
pukul 15.00 semangatku bertambah, badanku menjadi sedikit dingin. Pembawa acara
menyuruh kami untuk berdiri, karena sebentar lagi Raditya Dika akan tiba di
lokasi. Semua orang berdiri, mengeluarkan kamera mereka, mengangkatnya
tinggi-tinggi untuk mengabadikan saat-saat yang langka seperti ini. Bertemu
Raditya Dika langsung? Siapa yang menyangka? Aku dan Tifa tak kalah heboh
dengan mereka. Pukul tiga lebih para penjaga mulai tampak sibuk di ambang
pintu, dan ketika orang-orang yang berada di pintu kedatangan mulai histeris,
itulah tanda bahwa Raditya Dika sudah datang. Tanpa komando semua orang yang
telah menanti langsung berteriak histeris, mengangkat kamera mereka lebih
tinggi lagi. Setelah beberapa menit di atas panggung dan tanpa suara, Raditya
Dika pun mengode jika kami diminta untuk mengecilkan suara kami, dan dia mulai
berbicara “Yaaa…” belum selesai bicara, orang-orang berteriak histeris lagi,
“Bang Radiiiiiittttt…..” hahaha heboh!
Setelah
menyapa para pembacanya, bang Radit, begitu panggilan akrabnya, mulai menandatangani
buku Koala Kumal dan berfoto bersama para pembacanya. Sesuai peraturan, 15
menit pertama, para pembaca yang telah mengantre di barisan depan beruntung
mendapat kesempatan untuk berfoto berdua dengan Raditya Dika. Dan setelahnya,
berempat dengan Raditya Dika. 15 menit pertama telah usai sebelum tiba giliran
saya dan Tifa untuk maju ke atas panggung. Mendekati giliran kami untuk maju ke
atas panggung, badanku mulai dingin lagi. Saya grogi.
Tiba
saatnya untuk saya, Tifa, dan seorang perempuan yang tidak saya kenal maju ke
atas panggung. Dan apa yang saya takutkan sejak mengantre pun terjadi. Saya
grogi. Namun, saya masih bersyukur, karena saya bisa mengobrol dengan Raditya
Dika, ya walaupun suara saya terbata-bata. Untungnya saya tidak lupa untuk
menyampaikan salam dari adik yang tidak bisa ikut dengan kami ke sini. Karena
tidak diizinkan oleh Bapak karena faktor jarak rumah dengan tempat book sigining memakan waktu 2 jam. Dan
ketika itu, saya tidak menyangka kalau bang Radit akan merespon dengan begitu
ramahnya. Ketika di pertengahan mengobrol, bang Radit bertanya, “Kalian kembar
ya?” dan siapa yang menyangka Raditya Dika akan bertanya seperti itu. hahaha. FYI
teman-teman, ketika sedang mengantre, saya berencana untuk meminta tanda tangan
di baju koala kumal, tetapi ketika di panggung saya lupa. Untungnya, ketika
sedang mengobrol, bang Radit malah mengatakan, “Sini aku tanda tangani
bajunya.” Seketika itu juga, saya langsung menarik baju agar bisa
ditandatangani olehnya. Sembari menandatangani baju, si Tifa berpesan sama bang
Radit, “Bang sering-sering update blog
ya.” Dan bang Radit menjawab, “O pasti.” Saya tak mengerti kenapa si Tifa tidak
grogi ketika berbicara dengan Raditya Dika, seperti tak mau menyia-nyiakan
kesempatan, dia menyambar lagi, “Aku suka yang ‘Kepada Kamu dengan Penuh
Kebencian’,” katanya. Dan tanpa diduga, bang Radit menjawab, “Itu kan udah lama
banget, udah liat video yang ‘Kepada Orang yang Baru Patah Hati’?” kemudian
kami pun menjawab, “Udah.” Bang Radit menyambungi lagi dengan berkata, “Siip.”
Lalu kami bersalaman, dan turun.
Sekitar
pukul empat lebih, saya dan Tifa sudah berhasil mendapatkan tanda tangan dan
foto bersama Raditya Dika. Setelah berada di belakang panggung, si Tifa pun
menitipkan bakpia yang telah kami bawa dari rumah untuk oleh-oleh bang Radit
kepada kru Gagas Media. Saat itu, si Tifa beruntung sekali, dia berhasil
melampaui dua pulau dengan sekali dayung, tenyata di sana juga ada penulis
favoritnya Tifa, yaitu Bernard Batubara. Seusai menitipkan bakpia, kami
menunggu bang Bara di balik panggung. Dan si Tifa berhasil mengobrol dan
berfoto bersama Bernard Batubara. Dia senang bukan kepalang.
Pukul
17.00 kami memutuskan untuk pulang. Awalnya kami ingin menunggu hingga acara
usai. Namun, mengingat waktu dan perjanjian dengan Bapak, akhirnya kami pulang.
Dengan perasaan bahagia tentunya. Alhamdulillah.
Terima
kasih untuk bang Raditya Dika untuk keramahannya, yang membuat saya kagum dan
terkesan adalah ketika bang Radit mau melayani semua para pembaca yang telah
mengantre dan tetap sabar. Selain itu juga ketika bang Radit tetap meminta
untuk berfoto berempat ketika si mbak pembawa acara meminta untuk berfoto
berenam karena faktor waktu. Terima kasih juga untuk Gagas Media, dan Gramedia
Ambarukmo Plaza, Yogyakarta untuk acara yang sangat menyenangkan dan
mengesankan. See you next time!
Karena
bahagia itu memang sederhana, teman. :)
| Tulisan bang Bara untuk Tifa |
![]() |
| "sini aku tanda tanganin" |
![]() |
| Tifa bersama bang Bara |
| Terharu baca ini *sesenggukan* |


Komentar
Posting Komentar