#Narasi, Membaca Nonfiksi Rasa Fiksi

(Dimuat di Nuansa Kabar edisi bulan Maret 2017)

Judul Buku                        : #Narasi: Antologi Prosa Jurnalisme
Penyunting                        : Wisnu Prasetya Utomo
Penerbit                            : Pindai
Tahun Terbit                     : 2016
Tebal Halaman                  : i-xviii + 466 halaman

Belakangan ini di dunia maya sedang marak adanya berita-berita yang singkat, cepat, dan mayoritas dari mereka hanya mengandalkan satu atau dua narasumber. Bisa dikatakan pula, saat ini media online sedang “naik daun” dan sangat digemari oleh masyarakat untuk mengulik suatu informasi. Dengan maraknya media digital tersebut, tak jarang terdapat media yang menyebarkan informasi tipu-tipu. Meskipun demikian, hal ini justru memberikan semangat tersendiri bagi dunia jurnalisme untuk kembali menghadirkan informasi yang bermutu.
Salah satunya yaitu dengan diterbitkannya buku #Narasi oleh Pindai pada tahun 2016. Buku #Narasi ini diterbitkan atas dasar masih minimnya prosa nonfiksi lewat kerja-kerja jurnalisme bagi penerbitan di Indonesia. Ditulis oleh 18 penulis yang berbeda, buku dengan tebal 466 halaman ini menyuguhkan tema yang beragam pula. Mulai dari perjalanan ke komunitas Indian-Amerika, catatan personal laga sepak bola di Pulau Jawa, sosok minoritas Tionghoa dan Papua, riwayat pengidap Skizofrenia, dan kisah seorang ibu yang rutin menuntut negara dalam Aksi Kamisan. Dari kekerasan terhadap kelompok agama, konflik agraria, hingga reportase tentang pertanian dan pangan lokal. Perbudakan seksual di zaman Jepang dan era pendudukan di Timor Leste, kekejaman perang di Aceh, kasus korupsi, analisis bisnis media, dan hikayat skena musik independen di Jakarta.
Delapan belas naskah tersebut dilakukan dengan menggunakan reportase yang panjang dan mendalam. Kemudian dituangkan dengan cara yang menarik sehingga sangat menyenangkan untuk terus diikuti alurnya. Meminjam kalimat Fahri Salam, editor pindai.org, reportase dalam #Narasi ini lebih panjang dari penulisan feature, genre ini perpanjangan dari salah satu elemen dasar jurnalisme: menarik sekaligus relevan.
             Hingga akhirnya, buku #Narasi ini merupakan suatu angin segar bagi masa depan jurnalisme naratif yang menyuguhkan informasi yang lebih bermutu. Para pembaca diajak untuk menikmati setiap alur cerita yang tidak lain ialah hasil reportase yang dilakukan berhari-hari, bahkan bertahun-tahun. Bagi saya, membaca #Narasi sama halnya dengan membaca nonfiksi rasa fiksi. 

Nuansa Kabar, buletin bulanan LPPM Nuansa UMY

Komentar