Literasi Media, Serpihan Kecil Semester Tiga

Formasi Lengkap bersama Perwakilan SMP
Aku hanya membaca buku tentang media saat itu. Membaca dan mencoba memahami lembar demi lembar yang disuguhkan dengan cover berwarna dominan kuning dan abu-abu. Di dalam buku itu, amatan mengenai berbagai gerak-gerik media tersaji di sana. Juga mengenai literasi media. Amatan mengenai gerak-gerik media hingga literasi media ditulis dengan apik oleh masing-masing penulis. Semuanya menarik perhatian dan membuat aku berdecak sembari bergumam: “Oalaahh kok ho’oh yoo…” (Iya, semacam itu pokoknya mah).

            Dari buku itu, aku lebih mengenal apa itu Literasi Media. Gerakan untuk  mengajak orang lain untuk lebih melek media itu aku pikir merupakan gerakan yang menyenangkan. Bersosialisasi dengan orang banyak dan menyebarkan ilmu kepada mereka adalah kegiatan yang sangat sangat mengasyikkan dan menumbuhkan kepuasan tersendiri, bukan? Lebih dari itu, apabila target literasi juga welcome dan memberikan timbal balik dengan cara memperhatikan benar-benar materi kita, bukankah itu kegiatan yang sangat double menyenangkan?
            Seluruh ekspektasi itu muncul dengan sendirinya dan tanpa aba-aba ketika dosen mata kuliah Media dan Religi memberikan pengumuman bahwasannya mahasiswa diwajibkan untuk melakukan Literasi Media sebagai Ujian Akhir Semester. Bingung, semangat, ragu-ragu sempat bercampur menjadi satu, satu campuran yang berisi bingung, semangat, dan ragu-ragu. (Eheheheh gitu daahh pokoknya). Kemudian semua diawali dengan pembagian kelompok yang menegangkan, seakan antara hidup dan mati. Bagaimana tidak, ha wong Literasi Media ki abot je, tentunya dengan mendapatkan anggota kelompok yang sudah klik dan klop, kegiatan literasi akan jauh lebih menyenangkan. Tapi sudahlah, itu semua perihal kenyamanan. Pandai-pandainya kita saja mencari kenyamanan itu.

            Pagi-pagi kakiku sudah mendarat di sebuah masjid di daerah Kasihan Bantul. Masjid berwarna krem itu masih tertutup pintunya ketika aku dan rombongan teman-teman sudah berada di depan teras masjid. Suasana tenang ala pedesaan terasa pagi itu. Kendaraan motor berisi seorang ayah dengan membonceng putra atau putrinya yang memakai seragam sekolah terlihat bersliweran sana sini. Hal ini dikarenakan memang lokasi masjid berdekatan dengan SMP. Pemandangan yang menyejukkan.
            Kami mulai menurunkan barang-barang dari bagasi mobil yang memang telah kami persiapkan untuk hari itu. Kemudian menatanya di dalam masjid dan bersiap-siap untuk acara yang sudah kami tunggu-tunggu sejak beberapa minggu lalu. Kegiatan Sosialisasi Literasi Media. Bertempat di masjid salah satu SMP swasta di daerah Kasihan Bantul tersebut kegiatan ini telah sukses dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 14 Desember 2016. (kemudian muncul sound effect tepuk tangan)
Bahagiaaaa bersamamuu~
            Materi yang kami bawakan pada literasi media, yaitu mengenai sosial media khususnya Youtube. Alasan kelompok kami mengambil Youtube sebagai fokus materi tak lain karena menurut pandangan kami, saat ini para remaja lebih asyik berkutat dengan sosial media ketimbang dengan media-media seperti tv, radio, majalah, atau surat kabar. Video-video yang disuguhkan di Youtube pun banyak variasinya, pun dengan cara mengaksesnya yang terlampau mudah. Tinggal masukkan kata kunci yang diinginkan, video yang dimaksud pun bisa langsung muncul di layar kaca. Karena menonton Youtube adalah pilihan, namun pandai memilah dan memilih konten adalah kewajiban.
            Oleh karena hal tersebut di atas, maka kami, sebagai mahasiswa rajin dan baik hati berupaya untuk mendampingi dan menggerakkan teman-teman siswa kelas 7 di SMP tersebut untuk pandai-pandai memilah dan memilih konten yang ada di Youtube. Tidak lucu rasanya jika suatu saat nanti mereka akan meniru hal-hal yang seharusnya tidak layak untuk ditiru oleh remaja seusia mereka, tutorial menempelkan tattoo permen yosan di tangan mereka misalnya. Atau hal-hal lain yang mungkin berpotensi dapat menghabiskan waktu mereka yang seharusnya bisa digunakan untuk membaca buku demi kemajuan bangsa dan negara.
            Keseruan dan pengalaman baru aku dapatkan dan rasakan pada pagi itu. Keseruan menenangkan murid-murid SMP yang notabenenya susah sekali diatur, apalagi hanya dengan modal iming-iming “Ayo maju ke depan, nanti video-video yang diputer bagus banget, lho!” Susah. Aku lalu merasa salut kepada guru-guru sekolahku dulu yang bisa selalu sabar ketika menghadapi ributnya kelas kami sewaktu beliau menjelaskan materi. Huahahahaha susah euy jadi guru yang tidak diperhatikan sama murid. Saluuttt!

Formasi Lengkap bersama Dosen Pendamping Terkece!

            Semester tiga ini sepertinya akan menjadi semester yang cukup dikenang. Karena apa? Karena semester tiga ini adalah semester yang penuh dengan “sambat”. Semester yang boleh dibilang cukup menguras keringat dan pikiran. Paling tidak, kegiatan Sosialisasi Literasi Media ini menjadi salah satu kesan dan pengalaman yang nantinya bakal terkenang ketika semester tiga sudah lewat. Pengalaman membagi waktu ketika deadline proposal hanya seminggu, pengalaman menabung untuk patungan pengeluaran, pengalaman berbagi ilmu dengan orang lain, dan pengalaman-pengalaman lain yang telah terangkum menjadi satu dalam ingatan. Semeseter tiga tinggal sebentar lagi. Literasi Media sudah terlewati. Namun sambat tetap abadi. Beuh! 


Ma Team, suwun yhaaa!

Komentar