Dari Magelang ke Magelang
![]() |
| Magelang, 16 Oktober 2016 |
Magelang subuh itu terasa lebih
sejuk dari biasanya. Kabut putih perlahan memudar dari pandangan, namun dingin
masih terasa menembus kulit. Alunan lagu “Darah Juang” menemani aku memutar
kembali ingatan-ingatanku tentang semuanya, tentang aku yang resmi menjadi
seorang anggota muda suatu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di kampusku. Ragaku
tak kuat menahan isi pikiran-pikiran di otakku untuk pergi ke ingatan masa
lalu. Satu tahun yang lalu.
Tiga hari itu, aku merasakan kembali
semua yang aku rasakan ketika aku mengikuti rangkaian proses menjadi seorang
Paskibraka. Di sebuah aula berbentuk persegi panjang beralas semen
tanpa pintu di depan maupun di belakang. Hanya ada sebuah papan yang memisahkan
antara aula dengan suatu ruangan kecil untuk tidur mereka yang sakit. Jangan
dipikir aku tidur di sana, itu bukan tempat untuk aku tidur selama tiga hari
itu. Aku tidur di sebuah tenda yang berdiri di atas tanah yang cukup luas untuk
digunakan dua tenda sekaligus waktu itu. Satu tenda untuk aku dan kawan-kawan
putri dan satu tenda untuk kawan-kawan putra. Sekeliling tenda kami hanya ada
pohon dan rumah penduduk jarang sekali. Di sanalah aku dan kawan-kawan baruku
menjalani sebuah proses seleksi tahap akhir untuk menjadi seorang anggota muda
Lembaga Penerbitan dan Pers Mahasiswa (LPPM) Nuansa.
Pendidikan dan Pelatihan Dasar
(Diklatsar) Jurnalistik 2015. Acara yang digelar setiap tahunnya oleh LPPM
Nuansa itulah yang kami ikuti. Keberanian kami diuji di sana. Mental kami
dilatih di sana. Kemampuan kami diasah di sana. Komitmen yang dulu telah kami
lontarkan sewaktu seleksi tahap wawancara, dipertanyakan kembali di sana. Yang
perlu digarisbawahi di sini, yaitu menjadi seorang jurnalis itu tidak mudah.
Banyak sekali tantangan dan tekanan yang akan dihadapi nantinya ketika terjun
ke lapangan. Tiga hari yang penuh kejutan. Untung saja waktu itu hujan tidak datang,
kalau si hujan datang, bbbeeeehhh dadi mbuh pikiranku! Terbelah antara
mengikuti materi atau memikirkan tas ransel pinjaman yang aku bawa waktu itu.
Hari itu tanggal 9, 10, 11 Oktober 2015.
Bertempat di salah satu daerah di Magelang yang jauh dari lalu lalang
kendaraan, kami ditempa, dibina, dilatih mental kami untuk menjadi kuat. Jiwa
korsa kami dilatih untuk terus tumbuh hingga akhir nantinya. Kalian tahu? Untuk
masalah makan saja ada aturan main juga, jangan salaaah. Dan kalian tahu?
Makanan di sana enaakk. Terima kasih sekali, kakak-kakak panitia yang telah
menyediakan makanan seenak waktu itu. Acara yang seru dimulai ketika kegiatan
Kontrak Diklatsar. Kami benar-benar harus memutar otak untuk bisa menjawab
semua sanggahan-sanggahan dari mereka yang selaluu saja ada celah yang empuk
untuk disanggah. Tapi jangan terus kalian pikir ada senioritas di sini. Kalau
ada senioritas, aku sudah mlipir-mlipir cantik dari UKM ini.
Puncak dari segala puncak kegiatan
tiga hari itu, yaitu ketika kegiatan Pengembaraan Malam dan dianjutkan
Pengukuhan. Aduhaaaaiii, merinding eyy. Mata kami ditutup menggunakan slayer
yang kami bawa dari tenda. Kami dikukuhkan di bawah langit subuh yang masih
tertutup kabut saat itu. Dingin menyambar tubuhku, bisikan-bisikan hasutan
untuk menyuruhku pulang beberapa kali mampir ke telingaku. Cuek saja. Eratkan saja genggaman hingga sakit di tangan.
Samar-samar terdengar nyanyian “Darah Juang” di sekeliling kami. Suara itu
lambat laun terasa jelas. Slayer yang menutupi mata kami pun dilepas.
Ketawa-ketiwi dan senyuman terlihat sana-sini. “Alhamdulillah,” ucapku.
Selepas “Darah Juang” berhenti
dinyanyikan, pikiranku kembali mendarat di sini, di tanah yang lapang, ditemani
pemandangan Gunung Merapi yang aduhai sekali wujudnya. Menyaksikan mereka,
mereka yang tiga hari itu telah mengkuti rangkaian Diklatsar 2016. Mereka yang
aku harapkan untuk terus bisa menjaga konsisten dan komitmen untuk terus
bertahan di sini, di keluarga baru mereka, apapun yang terjadi.
Akhirnya terbayar sudah semuanya setelah
beberapa bulan aku bersama mereka, para panitia hebat, menyiapkan segala
sesuatunya untuk menyukseskan acara ini. Meski banyak sekali terdapat miskom
sana-sini, perdebatan sengit sana-sini, tapi itu semua hanyalah
serpihan-serpihan kecil yang Tuhan ciptakan untuk menguji kita. Karena semuanya
tak harus selalu berjalan mulus sesuai rencana kita, kan? Karena, kita yang
berencana, Tuhan juga yang menentukan. Terima kasih sekali untuk kalian,
orang-orang hebat tempat aku belajar sesuatu yang mungkin tidak aku dapatkan
jika aku tidak menemukan kalian satu tahun yang lalu di Student Fair 2015.
Selamat datang, untuk kalian para
Jurnalis Muda LPPM Nuansa yang telah bersemangat mengikuti rangkaian acara
Diklatsar 2016. Kedinginan, tekanan, dan semuanyaa telah kalian lewati. Tugas
kita sekarang adalah saling mengingatkan. Saling bergandengan. Aku mengingatkan
kamu, begitu juga kamu yang aku harapkan untuk selalu mengingatkan aku jika aku
telah mulai hilang arah. Tarik aku kembali, jika aku mulai keluar dari
lingkaran. Selamat berproses, dan ojo kakean sambat!
![]() |
| LITBANG luv luvv |



Komentar
Posting Komentar