Seragam Putih itu Kebanggaan
| Kepatihan, 18 Agustus 2013 |
15
Agustus.
Tepat
tanggal ini di tiga tahun yang lalu, aku menjadi salah satu orang yang
beruntung bisa menjadi bagian dalam anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka
(Paskibraka). Bertempat di Bangsal Sewoko Projo, Gunungkidul, kami, 72 Calon
Paskibraka Kabupaten Gunungkidul 2013 dikukuhkan menjadi Paskibraka Kabupaten
Gunungkidul 2013.
Malam
itu, dengan setelan seragam serba putih dan sabuk hijau, kami turun dari bus
yang mengantar kami dari asrama ke tempat pengukuhan, Bangsal Sewoko Projo. Di
sana, betapa bangganya kami yang bisa memakai seragam serba putih itu turun
dari bus, disambut dengan wajah-wajah para orang tua kami. Mungkin sebagian
dari kami, momen seperti ini sangatlah membuat hati berdegup kencang, maklum
lah, kami telah seminggu dikarantina di asrama tanpa alat komunikasi apa pun.
Jadi, malam itu pertama kalinya kami bertemu dengan orang tua kami setelah
sekian hari kami tidak bertemu. Bagi aku, dikarantina selama seminggu tak ada masalah, karena aku
adalah anak kost yang tak setiap hari bisa bertemu dengan orang rumah. Aku juga
biasa makan cuma dengan nasi dan mie instan atau pilus (iya, sambungin aja
pokoknya, cayo anak kostt!) Namun ada yang berbeda malam itu, bayangkan, aku
tak bertemu dengan bapak ibuku selama lima hari tanpa alat komunikasi, kawan. Iya,
lima hari! Luar biasa memang aku ini. Setelah kami bertemu, tau-tau aku sudah mengenakan
seragam putih itu, ya paling tidak hal itu bisa membuktikan pada mereka kalau
aku lima hari yang lalu pamit untuk menjalani karantina itu benar adanya.
Esoknya,
aku dan kawan-kawanku Paskibraka (iya, bukan calon lagi, kan sudah dikukuhkan
semalam) masih terus latihan hingga akhirnya tanggal 17 Agustus datang dan kami
siap untuk melaksanakan tugas kami sebagai Pasukan Pengibar Bendera Pusaka di
alun-alun Pemda Kabupaten Gunungkidul. (weisss, tepuk tangan dulu,
sodara-sodara!) Ada haru yang tumbuh di sela-sela benak ketika tugas mulia itu
selesai, ketika berhasil sudah mengibarkan Merah Putih di tiang tertingginya. Upacara
pengibaran dan penurunan pun selesai digelar. Sebagian dari kawan-kawanku
menangis haru, tak menyangka kami bisa mengibarkan bendera pusaka pada hari itu
setelah sebelumnya kami berlatih sejak dua bulan yang lalu. Malam itu, 17
Agustus malam, sebelum pulang ke asrama karantina, kami “menggila” terlebih dahulu di depan Ibu Bupati dan
jajaran, melampiaskan segala rasa senang juga haru kami.
Total
berapa bulan ya aku ikut pelatihan Paskibraka, sepertinya sekitaran bulan Mei aku
ikut seleksi yang diadakan di sekolah waktu itu. Eh, Alhamdulillah-nya lolos
terus sampe ke kabupaten. Jadilah aku pake seragam putih dan baris dengan
gagahnya mengantar bendera *fiuwwwiit*. Selama bulan Mei hingga Agustus banyak
sekali pengalaman-pengalaman yang aku dapatkan ketika itu. Menjadi calon
Paskibraka itu enak, cuy. Kalau aku ibaratkan, peribahasa “berakit-rakit ke
hulu, berenang-renang ke tepian” itu pas banget sama apa yang dirasakan oleh
seorang calon Paskibraka. Tapi ya itu, kata kakak senior waktu itu, kami harus
“empan papan” dan “sembodo”, kami harus selalu ingat bahwa mulai dari makan,
latihan, sampai penurunan itu kami memakai duit banyak orang. Di sana, aku juga
belajar tentang “jiwa korsa”, satu sama rasa, ada teman yang makannya enggak
habis, dibagi-bagilah makanan itu ke teman-teman lain supaya habis. Aduhai
menyenangkan sekali! Makannya pun juga
harus banyak, karena katanya kami akan latihan untuk waktu yang lama, supaya
kami tak kekurangan energi saat latihan. Aduhai, kakak terima kasih sekali
telah perhatian kepada anak kost! Selain itu, aku juga mendapat pelajaran
tetang kedisiplinan. Sungguh, aku masih terbawa mengawali ucapan dengan kata
“Siap!” ketika ada guru atau orang lain menyodoriku pertanyaan untuk beberapa
minggu setelah rangkaian pelatihan selesai.
Begitulah
salah satu pengalaman indah yang tak akan pernah aku lupakan seumur hidup. Siap
benar seumur hidup! Bagaimana bisa lupa coba? Gara-gara ikut Paskibraka,
tanggal 18 Agustus 2013 aku bisa bersalaman langsung dengan Gubernur Daerah
Istimewa Yogyakarta untuk pertama kalinya (hahahahaha sombhooongnya, kau lip!).
Suatu kebanggan bagi aku bisa bergabung dan mengenal mereka, orang-orang
hebat yang tak kenal rasa lelah, terutama kakak-kakak PPI yang luar biasa jos
mantap uyeeaahh menyemangati ketika di lapangan maupun di luar lapangan. Sekarang
aku telah menjadi Purna Paskibraka terhitung setelah penurunan bendera pada 17
Agustus 2013 sore. Dan aku bangga! “Apa apa apa yang kau dapat di sini, apa apa
apa apa yang kau dapat di sini, siang kepanasan, malam kedinginan, Paskibraka
GK tetap gembira!” weeeeh aku masih hapal huraaaa hahahahahaa! Terima kasih,
kakak! Jangan lupa senyum, yaaa!
NB : Lihat betapa gagahnya aku yang nyempil di foto atas tulisan ini.
Besok
sudah tanggal 17 Agustus lagi, cuyyy. Selamat bertugas untuk Paskibraka di seluruh
penjuru tanah air, kibarkan Sang Merah Putih di puncak tertingginya. Dan,
Selamat 17 Agustus
yang ke-71, Republik Indonesia. Sekali merdeka, tetap merdeka! Dirgahayu
Indonesia kita. Semoga Allah selalu melindungi. Aamiin.
“Ambil pena kalian, tulislah sejarah yang baik untuk hari ini, yang akan kalian ingat terus seumur hidup kalian!” – Mahfud Suwono Jati.
Woohh topppyekaa!!!
BalasHapusWoohh bolone tipaaaa
HapusWoohh topppyekaa!!!
BalasHapus