Foto Jadul dan Kisah di Baliknya



Tentang Kami dan Candi Prambanan
                Beberapa hari lalu saya iseng buka galeri foto di laptop, dan di antara ratusan atau bahkan ribuan foto yang ada di tempat-riskan-nostalgia itu, saya menemukan foto lawas, foto jadul saya bersama bapak dan saudara saya. Foto yang saya pasang di atas tulisan ini ialah foto yang saya maksud. Foto berlatar Candi Prambanan. Seperti yang saya utarakan tadi, saya menyebut galeri foto laptop saya, ialah tempat-riskan-nostalgia. Begitu saya menemukan foto tersebut saya terbawa arus untuk kembali mengingat apa yang terjadi di balik foto itu. Maksud saya, apa yang terjadi sebelum dan selama foto itu diambil.
                Foto bertiga dengan bapak dan saudara saya di Candi Prambanan itu diambil ketika saya sedang berulang tahun yang ke delapan kalau tidak salah. Waktu itu hanya kami bertiga yang berangkat ke Candi Prambanan. Adik laki-laki saya sedang sakit, dan ibu tentu saja menjaganya. Kami bertiga berboncengan naik motor. Dengan formasi yang paling depan tentu saja bapak, saya di tengah, dan kakak saya paling belakang. Seperti biasa, jalan-jalan dengan bapak tak lepas dengan agenda makan bersama di warung makan. Sebelum sampai di lokasi, kami mampir di warung soto pinggir jalan untuk sarapan. Nikmat. Apalagi dibayarin bapak.
                Sampai di Candi Prambanan, kami memutari komplek candi. Kami baru saja naik ke tiga bangunan candi sebelum bapak memutuskan untuk berhenti, kelelahan katanya. Akhirnya saya dan saudara saya hanya berdua memutari komplek candi dan bapak duduk menunggu di salah satu tempat yang teduh. Setelah puas melihat-lihat candi, saya dan saudara saya menyusul bapak.
                Pada saat itu, kami sama sekali belum mempunyai kamera dalam bentuk apapun, bahkan telepon genggam berkamera pun bapak belum punya, apalagi saya yang masih kecil nan polos ini. Setelah puas jalan-jalan di candi, kami berencana untuk pulang. Melihat ada seorang bapak-bapak tukang jasa foto berdiri tidak jauh dari tempat kami duduk, bapak mengajak kami untuk mengabadikan momen indah ini menggunakan jasa foto sebelum rencana untuk pulang kami realisasikan.
                Sampai di rumah, saya, bapak, dan saudara saya disambut oleh ibu, adik, dan juga ikan bakar. Beginilah cara bapak dan ibu membahagiakan anak-anak kecilnya yang sedang bertambah usia. Betapa nikmat dunia ini ketika bisa makan enak bersama dengan mereka yang dicinta.  
                Saya pindah foto itu ke galeri foto di telepon genggam saya. Setiap saya melihat foto itu, saya ingat bapak, Candi Prambanan, dan ikan bakar pada saat yang bersamaan. Saya juga teringat dengan salah satu cuitan seorang komika terkenal, Bene Dion. Di akun twitter-nya, @bene_dion, dia pernah menulis cuitan seperti ini: “Ibu, anak kita apa kabar? Ibu sudah telepon dia hari ini? - Ayah, yang selalu bersembunyi di balik rindu ibu.”
Membaca cuitan tersebut, saya teringat suatu kejadian dengan bapak. Sekadar informasi saja, semenjak saya masuk kuliah, saya tinggal di asrama kampus, di mana salah satu peraturannya, yaitu kesempatan untuk pulang kampung hanya dua kali dalam sebulan, tidak sebebas ketika jaman saya kos waktu SMA dulu. Karena peraturan tersebut, saya pernah sebulan lamanya tidak pulang ke rumah, dan hampir pada setiap hari Jumat, saya mendapat  pesan dari bapak, yang isinya: “Besok pulang?”

Komentar